Tak Mampu Melihat dirimu sendiri Lagi.

Sinar matahari pun tak mampu menembus lebatnya hutan itu. Itu seharusnya masih jam dua siang namun semua terasa gelap. Aldi sudah tak mampu lagi untuk berlari, dia ngap - napasnya tinggal satu-satu. Sudah satu jam dia berlari dari sesuatu yang mengejarnya. Entah apa, dia tak tahu namun jelas sekali sesuatu itu berlari mengejarnya, mengendap-endap untuk mencari waktu paling tepat memangsanya.

Sebenarnya, setengah jam yang lalu Aldi punya peluang untuk selamat seperti teman-temannya. Entah bagaimana bisa tak satupun dari orang-orang terdekatnya itu yang mengulurkan tangan untuk menarik Aldi. Aldi akhirnya berbelok ketika mengetahui bahwa sesuatu itu semakin mendekat. Dia masih berharap orang-orang terdekatnya itu mengulurkan tangan, entah tali, entah apapun untuk menyelamatkannya sehingga dia memilih untuk bersembunyi di tempat mereka melarikan diri tadi. Tiga puluh menit, tak satupun dari tangan-tangan itu terjulur. Tak ada tali yang dilempar, suara-suara telah hilang. Aldi telah ditinggal sendirian. 

Dia akhirnya berlari dengan sisa tenaga yang sedikit. Segala bekalnya telah dibagikan dengan orang-orang terdekatnya sebelum ini sehingga dia tak memiliki lagi. Aldi hanya punya pakaian yang melekat di tubuhnya. Aldi bahkan tak memiliki sepatu sebab memberikan miliknya kepada salah satu orang terdekat yang kebetulan kehilangan sepatu sebelum insiden di kejar ini. Kaki Aldi terluka, kaki itu telah sampai pada batasnya. 

Tangan dan lengan Aldi juga penuh baret karena berlari menembus hutan rimba yang rapat. Tangan itu pun telah tak ada lagi gunanya. Aldi berlutut, menyandarkan tubuh di sebuah pohon yang tinggi menjulang. Punggunya pun telah rapuh, pundahnya pun telah hilang rasa. Jika sesuatu itu menerkamnya saat ini maka tak ada peluang baginya untuk selamat. 

"Kau lelah?" Sebuah suara membuat Aldi semakin cemas, dia ingin bangkit dan berlari menjauhi suara yang entah datang dari mana itu namun kakinya sudah tak bertenaga lagi.

"Tak usah takut, aku bukan yang mengerjarmu!"

"Lalu kau siapa, dan apa yang mengejarku."

"Yang mengejarmu adalah kenyataan yang sebenarnya kau telah tahu. Kau harusnya bisa bersiap untuk kenyataan-kenyataan itu namun selalu mengelak dan mengabaikannya. Harusnya, ketika kenyataan itu datang kau telah bersiap dan sanggup menghadapinya. Namun lihatlah, kau tak mampu karena memang kau selalu mengabaikan kenyataaan itu hingga hari ini datang mengejarmu."

"Aku tidak mengerti, pergi kau menjauh!"

"Kau yakin memintaku menjauh sedang hanya aku yang mampu menolongmu?"

"Kau  Tuhan?"

"Hahahahaha. Tuhan? Bukankah Tuhan yang membuat semua ini terjadi padamu?"

"Lalu kau siapa?"

"Akulah yang mampu mengembalikan kaki-kakimu, menguatkan lengan-lenganmu. Mengembalikan leganya pernapasanmu, dan yang mampu memberikan tempat beristirahat kepadamu!"

"Baiklah, tunjukkan!"

"Tapi tempat itu gelap, yang mengejarmu tidak akan mampu melihatmu, begitupun dengan kau yang tak akan mampu melihat dirimu sendiri lagi!"

Komentar