Belajar menulis dengan narasi lebih banyak dan menyedikitkan percakapan


Ardi dan Susan

Cuaca hari itu benar-benar panas. Bumi telah rusak. Padahal dahulu musim hujan dan musim kemarau datang dengan teratur. Namun saat ini, Desember yang seharusnya menjadi bulan basah berhujan menjadi bulan kering kerontang. Orang-orang pintar mengatakan bahwa hal ini terjadi disebabkan oleh pemanasan global yang mengakibatkan rusaknya bumi dan cuaca akhirnya menjadi tidak menentu. Sesukanya saja. 

Akibat cuaca yang benar-benar panas ini banyak orang yang memilih untuk tetap di dalam rumah. Orang-orang memilih bersembunyi sambil mendekatkan diri kepada AC atau kipas angin. Untung saja ini hari minggu sehingga memang wajar sekali orang ada di dalam rumah, beristirahat. Tapi begitupun banyak juga diantara orang-orang itu yang mengeluh karena panas ini.

Ardi berada di dalam kamarnya sendirian. Dia tentu saja menjadi salah satu orang yang mengeluh. Dari tadi dia berguling-guling di atas kasur akibat panas hari ini. Tubuhnya berkeringat. Bahkan, berguling hingga ke lantai semen pun tidak berguna untuk menghilangkan panas yang dihadiahkan oleh matahari itu.

Ardi sebenarnya punya sebuah kipas angin. Tapi kipas angin itu beberapa hari yang lalu rusak dan ayahnya belum sempat untuk memperbaikinya. Kipas angin dirumah itu hanya ada dua, satu sedang dipakai oleh ayahnya yang tertidur di kamar satunya. Ardi sudah meminta ayahnya untuk melihat kipas angin itu dan memperbaikinya. Tapi Ayahnya memang sedang sibuk, kesibukan banyak orang di hari Minggu, tidur.

Kasur Ardi yang memang tidak memiliki tempat tidur sudah entah bagaimana susunannya. Meskipun tidak begitu berpengaruh, dia memang lebih memilih tidur di lantai semen. Tidur di lantai semen ini lain pula masalahnya, tubuh Ardi yang sudah berkeringat itu akhirnya menjadi lengket sehingga membuat tidak nyaman. Ardi membentangkan kain sarung yang biasa menjadi selimutnya untuk alas badannya yang memang tidak lagi menggunakan baju, tapi apa gunanya? Lebih baik dia di atas kasur jika tetap menggunakan alas, pikirnya.

Kondisi cuaca hari ini semakin menambah pilu hati Ardi yang tadi malam di tolak oleh Susan. Sejak setahun yang lalu, Ardi memang mendekati adik kelasnya itu. Susan bukan gadis yang populer, di sekolah Ardi tidak begitu memiliki saingan untuk mendekati Susan. Kulit susan langst, tubuhnya sedikit kurus dan semua yang ada pada dirinya memang tampak biasa-biasa saja. Karen itu pulalah Ardi menyukainya.

Kondisi Susan yang biasa-biasa saja itu membuat Ardi sedikit berani untuk mendekatinya. Dia sadar diri, bahwa dia juga biasa-biasa saja. Mencintai Susan akan lebih mudah daripada mencintai gadis-gadis populer lain yang ada disekolah. Mencintai Susan, untuk ukuran pelajar miskin seperti dirinya pasti akan lebih mudah dan rintangannya tidak terlalu terjal. Apalagi Susan juga bukan orang kaya. 

Ardi menganalogikan bahwa Susan juga sama dengannya. Susan tidak cantik dan juga tidak kaya, sehingga tidak terlalu mengharapkan pasangan yang keren, kaya, dan populer.  Tapi nyatanaya, tadi malam, setelah pendekatan kurang lebih tiga bulan, Susan menolak Ardi.

“Aku tidak sedang ingin pacaran, Kak. Aku sudah menebak bahwa Kakak datang mendekatiku untuk menjadikanku pacarnya kakak. Tapi Aku sungguh-sungguh tidak ingin pacaran saat ini dan sebisa mungkin tidak akan pacaran selama masa SMA. Apa yang kita punya untuk berleha-leha menghabiskan waktu dengan pacaran? Aku ini orang miskin yang harus memikirkan bagaimana caranya untuk kuliah. Satu-satunya cara yang masuk akal adalah mendapatkan beasiswa dan cara terbaik mendapatkan beasiswa adalah dengan menjadi juara di sekolah.

“Pemerintah sejak tahun 2010 telah membuat program beasiswa untuk anak miskin dan berprestasi. Aku masuk ke SMA kita juga karena hamper setiap tahun berhasil mengantarkan setidaknya sepuluh anak untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Aku harus menargetkan menjadi salah satunya ketika aku lulus nanti. Oleh sebab itu, rasanya aku tidak ingin berpacaran, aku ingin fokus belajar dan berusaha mendapatkan beasiswa itu nantinya agar aku bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.”

Tapi menurut Ardi itu semua bohong. Semua alasan yang disampaikan oleh Susan tidak akan berlaku jika Ahmad –Lelaki paling populer disekolah mereka- yang mngatakan cinta padanya. Namun karena yang mengatakannya adalah Ardi, seorang lelaki miskin yang kumuh, maka Susan menolaknya dengan alasan yang tentu saja dibuat-buat. 

“Jadi menurutmu, orang miskin seperti kita ini tidak boleh jatuh cinta?”

Ardi mengatakan itu bukan untuk meminta pendapat dari Susan melainkan ingin membuatnya merasa bersalah. Setidaknya, ini akan lebih mudah jika Susan mengatakan bahwa dia tidak menyukai Ardi karena jelek dan miskin. Namun karena alasan ini tentang belajar, maka Ardi tidak menyerah begitu saja. Dengan menyampaikan kalimat itu Susan akan salah tingkah, merasa bersalah sehingga bisa saja akan merubah pendiriannya. Benar memang, siapa pula yang melarang orang miskin untuk jatuh cinta? Tapi jawaban Susan malam itu benar-benar menghentikan usaha Ardi.

“Benar, orang miskin memang tidak boleh jatuh cinta.”

“Kenapa kau berkata begitu? Tidak ada yang melarang orang miskin untuk jatuh cinta!”

“Aku perempuan meredeka dan tidak ada orang yang boleh melarangku untuk berpendapat dan berpandangan. Menurutku tetap, orang miskin tidak boleh jatuh cinta. Sekarang aku ingin tanya. Jika aku menerimamu dan kita berpacaran, lalu ketika ulang tahun aku meminta hadiah handphone seperti yang didapatkan Mila dari Ahmad baru-baru ini. Apa kau sanggup?”

“Tapi kau bukan Mila.”

“Iyakah? Kalau begitu aku tanya padamu, Kak. Siapa yang lebih baik, Aku atau Mila?”

“Tentu saja Kau.”

“Lantas, kenapa aku tidak boleh mendapatkan handphone? Seharusnya aku bisa mendapatkan yang lebih baik dari apa yang dia dapatkan. Bukankah katamu aku lebih baik dari dia?”

Ardi benar-bernar terjebak, dia tidak mungkin mengatakan bahwa Mila lebih cantik dan lebih baik daripada Susan di depan Susan yang baru saja diajaknya untuk berpacaran. Tapi menjawab bahwa Susan lebih cantik juga mengakibatkan dirinya semakin kalah dalam pengakuan cinta yang berakhir dengan perdebatan itu. Ardi pulang, dia tidak mendapatkan Susan. Mungkin benar apa yang menjadi pandangan dari wanita merdeka itu bahwa orang miskin dilarang untuk jatuh cinta.

Ardi sekarang tidak lagi berbaring di atas lantai semen melainkan sedang bersandar di dinding kamar sambil memeluk kakinya yang dirapatkan dengan dada. Tatapannya kosong, tubuhnya masih berkeringat. Ternyata teori-teori tentang pikiran itu banyak yang salah. Ardi tidak sedang memikirkan cuaca panas melainkan sedang memikirkan Susan, tapi kenapa tubuhnya masih kepanasan dan berkeringat?

Komentar