Negara tidak akan menunggu



Negara tidak akan menunggu. Tentu ini menjadi statmen negative yang meungkin tidak baik untuk dibaca. Kita tahu bahwa hasil UKG guru tahun 2015 memang mengecewakan. Tidak usah dibicarakan detailnya tapi memang kita sama-sama tahu bahwa hasil itu mengecewakan. 

Dari hasil UKG itu diambil kesimpulan bahwa guru tidak paham tentang profesionalnya, tidak paham tentang sosialnya, tidak paham tentang pedagogiknya dan tidak paham tentang kepribadiannya sebagai seorang guru. Alhasil, sejak tahun itu pemerintah “seakan” fokus untuk memperbaiki empat keterampilan guru itu terlebih pada aspek professional dan pedagogiknya. 

Kita pasti ingat bagaimana kita menjalani program SIMPKB yang menitik beratkan pada dua pembelajaran itu. “Ini modul profesionalnya.” “Ini modul pedagogiknya.” Kita sering mendengar tentang itu kan? Nah, tahun ini Pedagogik dan professional itu telah dianggap selesai dan beberapa bulan yang lalu telah dipanggil beberapa orang guru untuk melakukan pelatihan di Surabaya tentang PKB bersistem Zonasi. 

Salah satu peserta yang dikirim dari Tanjungbalai adalah Bu Yati Harlina yang telah kami jadikan sebagai Pemateri KKG di KKG Gugus XII Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai. Menurut beliau, pelatihan PKP nantinya akan dititikberatkan pada pembuatan RPP dan tata cara mengajar dengan mengimplementasikan HOTS, Keterampilan Abad-21, Literasi dan PPK. 

Bisa diartikan, negara tidak peduli apakah guru-guru telah berhasil menyelesaikan Pedagogik dan Profesional itu, menurut negara kita sudah harus masuk ke tahap selanjutnya yakni mengimplementasikan semuanya dalam proses pembelajaran. Tak masalah, ini benar. Pertanyaannya, apakah program yang telah dilakukan sebelumnya telah menunjukkan perkembangan yang baik sehingga berani untuk masuk ke tahap selanjutnya?

Ini kisah yang sama dengan pelatihan Kurikulum 2013 yang sebenarnya juga tidak kunjung selesai. Bagaimana tidak, banyak guru yang tidak mendapatkan kesempatan untuk menerima pelatihan kurikulum 2013 ini. Mereka diminta untuk belajar dengan teman sejawatnya yang mengikuti pelatihan. Dan hasilnya lihat saja.

Padahal, ilmu yang disebarkan itu tidak pernah benar-benar sampai 100 persen kepada tiap guru. Oke, Analogi sederhananya seperti ini. Setiap guru yang dipanggil untuk ikut pelatihan instruktur paling besar hanya kan mendapatkan 90 persen ilmu yang disampaikan oleh pemateri utama. Lantas, para instruktur menyampaikan yang 90 persen itu kepada guru. Guru juga paling besar hanya mendapatkan 80 persen saja. 80 persen itulah yang kemudian diberikan kepada rekan-rekannya di sekolah. Kita umpakan sajalah rekan-rekan disekolah mendapatkan 70 persen keilmuan saja. Berarti, kurikulum 2013 dan semuanya hanya dijalankan dengan 70 persen keilmuan itu. Oleh sebab itu, kita harus mengulang pemebaljaran itu lagi dan mencari tahu kekurangannya. Memperbanyak diskusi dan memperbanyak mencari informasi. 

Tapi aku tidak akan menyalahkan siapa-siapa. Yang paling pantas disalahkan tentu saja guru, kenapa tidak belajar, kenapa tidak peduli, kenapa tidak mengalokasikan sebagian dana sertifikasi untuk meningkatkan mutu. Mengapa menggunakan internet tidak dengan bijak untuk membuka situs-situs pendidikan terbaru dan malah asyik bertiktok ria? 

Tapi menyalahkan guru tentu saja sama peliknya, semua guru akan memusuhiku, menganggpku sok dan sebagainya padahal aku mencoba mengurasi secara umum mulai dari kebijakan sampai yang mendapatkan kebijakan. Tapi sudahlah, kita fokus kembali kepada judul.

Negera memang tidak akan menunggu. Kurikulum 2013 telah selesai dilatihkan. Siapapun guru yang tidak berhasil mengupgrade keilmuannya dibidang kurikulum 2013 terserah saja. Negara telah menganggap semuanya selesai, guru harus paham sendiri, tau sendiri, gunakan semua fasilitas yang ada untuk mengejar ketertinggalan itu.

Pun begitu juga hari ini, guru tidak akan ditunggu untuk menguasai Pedagogik dan professional dan negara akan mulai menggulirkan “Masa PKP dengan HOTS, Keterampilan abad-21, Literasi, dan PPK” tidak ada tawar menawar.

Dan, belum pula sampai pembelajaran itu kepada seluruh guru, belum paham benar guru-guru tentang HOTS, PPK, literasi dan lainnya. Sekarang kita sudah mendengar sesuatu yang baru lagi yakni STEAM. Apalagi itu? Tunggu, saya masih membaca satu artikel tentang itu jadi belum mendalaminya. 

Bagaimana pula solusinya?

Satu-satunya kesempatan yang kita punya adalah belajar dan mengejar ketertinggalan. Guru harus mampu memaksimalkan komunitas untuk mengejar ketertinggalan itu. Dalam Komunitas yakni KKG guru harus membahas bersama apa itu HOTS, Keterampilan Abad-21, Literasi, dan PPK. KKG Gugus XII Kecamatan Teluk Nibung Alhamdulillah telah menyelenggaran KKG dengan materi HOTS, PPK dan Keterampilan Abad-21 walaupun mungkin belum maksimal. 

 
Kedepan, negara tidak akan menunggu kita pandai Bapak/Ibu. Kitalah yang harus saling mendukung untuk mengejar ketertinggalan kita. Tapi tentu saja, tulisan ini tidak berlaku bagi yang merasa “Dahulu lebih baik dari sekarang!”

Ayo kapan-kapan kita diskusi tentang "Guru Harus Merdeka dan tidak terkungkung kurikulum?"
 
Wassalam.

Komentar

  1. Negara tak menunggu kita untuk maju, karna mereka selalu lebih maju dari yang kita tahu.
    😞

    BalasHapus
  2. Jangan tanya apa yang diberikan negara padamu.. Tapi tanyakan Apa yang kau berikan pada negara....
    John F Kennedy

    BalasHapus

Posting Komentar